DomaiNesia

Monday, July 26, 2021

Gerakan 1 Juta Surya Atap Berprogres, Jadi Potensi Penggagas Utama Ebt

Pemerintah menargetkan tercapainya bauran Energi Baru Terbarukan  Gerakan 1 Juta Surya Atap Berprogres, Jadi Potensi Pelopor Utama Ebt
Foto: Shutterstock

Jakarta - Pemerintah menargetkan tercapainya bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Rencana Umum Energi nasional (RUEN). Ada banyak sekali macam energi baru yang tengah dikembangkan di Tanah Air, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa menyampaikan pihaknya berupaya untuk menjadikan energi surya selaku prime mover atau penggagas utama dalam transisi EBT di Indonesia. Ia menilai, energi surya mempunyai banyak sekali kelebihan untuk sanggup menggerakkan energi terbarukan di Tanah Air.

"Kami tidak menafikan banyak energi terbarukan, tetapi yang banyak dan mampu cepat untuk memenuhi keperluan energi kita dalam rangka menjangkau target kebijakan energi nasional 23% EBT untuk meminimalisir emisi gas rumah kaca, PLTS itu yang paling cepat," terperinci Fabby dalam Press Luncheon Ketua Umum dan Pengurus AESI di Jakarta, Selasa (1/6/2021).

Lebih lanjut, ia memaparkan keunggulan energi surya yang memiliki peluangmenjadi prime mover EBT di Indonesia. Pertama, energi surya ada di seluruh Indonesia tanpa terbatas, mulai dari Sabang hingga Merauke. Dari pukul 6 pagi hingga 6 sore sinar matahari selalu ada untuk sanggup mendapat energi surya.

Baca Juga : harga jasa sedot wc medan

Tak cuma itu, ia juga memberikan energi surya relatif mudah diakses di mana saja. Sebab teknologinya modular, kecil, juga mampu dipersonalisasikan. Teknologinya juga disebut-sebut mudah dan cepat untuk di-install.

"Artinya jika Anda butuh 1kW mampu pasang segitu, butuh 10kW juga sanggup pasang. Kan teknologi PLTS itu basisnya modul surya yang mengkonversi sinar matahari menjadi listrik," jelasnya.

Fabby pun menganggap PLTS adalah bentuk demokratisasi energi pada masyarakat, sebab adalah siapa saja dari segala golongan sanggup memakainya. Ia juga mengungkap jikalau investasi PLTS kian terjangkau dari waktu ke waktu.

"Kalau bicara sepuluh tahun kemudian, harga PLTS untuk 1 kW masih meraih lebih dari US$1.500 per kilo watt, harga sel surya di atas US$ 1 per watt. Hari ini jikalau kita lihat data, investasi 1kW panel surya saja telah di kisaran antara US$ 400-500, sudah turun drastis. Kaprikornus jauh lebih terjangkau," ungkapnya.

Baca Juga : harga sedot wc makassar

Di tahun 2017, lanjut Fabby, pihaknya turut menjadi pecahan dari deklarasi Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap bareng Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Masyarakat Ekonomi Terbarukan Indonesia (METI), dan lain sebagainya. Gerakan ini menargetkan adanya 1 juta pengguna PLTS Atap di 2025.

Fabby mengungkap progres gerakan tersebut masih jauh dari sasaran. Akan tetapi, di kala kepengurusan AESI sampai 2024, beliau menargetkan 1 juta PLTS Atap di Indonesia mampu tercapai.

Mengutip data Indonesia Energy Transition Outlook dari Institute for Essential Services Reform (IESR) di 2020, angka pengguna PLTS Atap di berbagai sektor terus bertambah dibanding tahun sebelumnya. Adapun jumlahnya terbagi menjadi sektor hunian/perumahan sebanyak 2.352, bisnis sebanyak 196, industri sebanyak 17, pemerintah sebanyak 38, dan sosial sebanyak 170.

Fabby pun menyampaikan hingga kini, angka pengguna PLTS Atap yang dihimpun dari data PLN kurang lebih meraih 3.500 pengguna PLTS Atap yang yaitu konsumen PLN dengan net metering. Ia menganggap jumlahnya sanggup lebih besar, alasannya adalah yaitu banyak pengguna PLTS Atap dari konsumen PLN yang tidak tersambung jaringan PLN (off grade).


Sumber https://joderone.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment

5 Aplikasi Desain Grafis Gratis Yang Tepat Untuk Mahasiswa Dan Biasa

Aplikasi rancangan grafis gratis memang menjadi salah satu aplikasi yang paling dicari oleh khalayak pada ketika ini. Bukan hanya dicari ol...